Senin, 14 Oktober 2013

KONSELING MODEL TIMUR


KONSELING MODEL TIMUR
Islam
Profesi konseling mengandung makna sebagai pekerjaan yang menyelenggarakan layanan intelektual spesifik yang sangat tinggi. Layanan tersebut tercermin dalam perilaku profeiional menurut kriteria ideal, di manapun dan kapanpun perilaku itu muncul (M. Djawad Dahlan, 2003:20). Atas dasar pikiran ini, maka setiap profesional dalam layanan konseling harus memenuhi syarar-syarat yang tidak ringan, khususnya dalam kematangan pribadi, keyakinan, filosofi , kewenangan serta kemampuan yang dimiliki.
Dalam penyelenggaraan layanan konseling, manusia harus difahami secara utuh, lahir, bathin, dan sosial yang berakumulasi sedemikian rupa tercermin dalam perilaku yang muncur sehari-hari. Salah satu filosofi dan agama yang mampu memenuhi tunututan ini adalah Islam, baik sebagai agama maupun filosofi. Islam memandang manusia sebagai suatu keseluruhan, “..tidaklah kujadikan manusia dan jin..." (Q.S. 26:74 );         "...diciptakan manusia dari yang satu .." (Q.S. 3:l ) demikian beberapa firman-Nya, dan masih banyak lagi firman -firman yang lain yang menyebutkan bahwa Allah menciptakan manusia sebagai satu keseluruhan.
Dalam agama dan filosofi Islam, orang yang bermasalah adalah orang yang melanggar perintah Allah. Karenanya untuk menghilangkan masalah, seseorang harus meminta ampun kepada Allah atas kesalahan yang dibuatnya. Islam mengajarkan, bahwa hubungan manusia dengan Allah terkait dengan hubungan antara manusia dengan manusia (Habluminallah dan habluminannas).Hubungan atau relasi antar manusia dilakukan dalam rangka meluruskan hubungan dengan Allah. Tugas manusia dalam kehidupan adalah untuk berbakti kepada Allah.
Konseling dalam konsep Islam adalah memberikan layanan bantuan kepada seseorang yang mengalami masalah, merarui cara-cara cara y ang baik (moidoh khasanah) untuk menumbuhkan kesadaran akan dosa yang dilakukan dan memohon ampunan kepada Allah Swt., karena pada dasarnya masalah yang dialami manusia dikarenakan perbuatan manusia itu sendiri. Menumbuhkembangkan kesadaran untuk dekat kepada Allah dapat dilakukan melalui dzikrullah (menyebut nama Allah dengan penuh kesadaran dan kesungguhan), berbuat baik (amal shaleh) dengan ikhlas, dan mejalankan semua perintah Allah dan meninggalkan segala larangan-Nya. (Quraish Shihab, 2002:15).
Tugas konselor dalam konseling dalam pendekatan Islam adalah metnbantu klien untuk mampu mengungkapkan dengan ikhlas dosa atau masalah yang dihadapi, memohon ampunan kepada-Nya, dan berjanji untuk tidak mengulanginya' Sebelum konseling- dimulai, kLnselor maupun klien diharuskan membersihkan diri dengan berwudlu dan membaca syahadat. Ini dimaksudkan agar konselor maupun klien memiliki kesiapan diri baik fisik maupun mental. Setiap sesi konseling berlangsung sekitar satu jam. Jumlah sesi konseling tergantung kontrak yang disepakati konselor dan klien. Dalam hal ini, tidak berarti bahwa masalah yang kompleks memerlukan jumlah sesi konseling yang banyak, karena penanganan masalah dalam konseling Islami langsung pada akar masalah.

K'ung Fu-Tzu (Confusius)
K'ung Fu-Tzu menekankan nilai pembelajaran dan mengekspresikan kebanggaannya kepada mereka yang mencintai pendidikan, sebagaimana ia lakukan (Chan, 1963). Biasanya isi yang diketahui dari Confusius sebagi pendukung Meng Tzu (Menfucius) adalah, .,siapapun yang-bekerja dengan pikirannya akan mempengaruhi yang lainnya; dan siapapun bekerja dengan kekuatannya akan dipengaruhi yang lain" (ch.an, 1963). Tradisi confucius memandang, pada dasamya manusia mampu belajar dengan cara yang lebih baik mengenai tindakannya dan meriahaminya ketika mereka diberi model yang baik dengan penjelasan yang jelas (zhang, 1938). Kekuatan pembelajaran diekspresikan oleh sejumlah atribut K'ung Fu-Tze, "Dengan kealamiahan semakin dekat kebenaran, dengan latihan menjauhi perpecahan" (Stevenson & Lee, 1966).
Secara hirarkhi, dunia ditata (order) untuk didiami masing-masing orang sesuai dengan tanggung jawab masing-muring. Orang yang jujur adalah orang yang bersungguh-sungguh  (Chan, 1963). sebagai contoh, suatu kehormatan yang benar adalah adanya kesepakatan umum terhadap orang tua, kemandirian, panti jompo tardisional yang muncul di china, orang yang jujur adalah orang yang bersungguh-sungguh dan selalu mimentingkan orang lain (Chan, 1963). Terbentuknya kesehatan psikis dihasilkan dari kehidupan yang bijak sesuai tatanan dunia (Bankart, 1977), dikembangkan dalam tatanan sosial dan aktivitas kehidupan (Chan, 1963).
Aktualisasi, diri terjadi melalui kebiasaan masyarakat di mana setiap individu secara pribadi berkembang dalam kesadaran atas pentingnya hubungan kerjasama yang semakin luas. Aspek penting untuk dikembangkan dalam kesadaran ini adalah mengembangkan kemampuan untuk memahami penderitaan orang lain (Tu, 1985;1989). Dari kemampuan ini diharapkan individu auput mengambil pengalaman orang lain untuk mengembangkan dirinya agar terhindar dari penderitaan sebagaimana dialami- oleh orang lain.

Taoism
Lao-Tzu menjelaskan kehidupan yang idear sebagai spontanitas, kedamaiat, dan kesederhanaan, dengan tiadanya fenekanan (wu-wei) (chan, 1963). K'ung Fu-Tze menjelaskan kehidupan dan kewajibannya, Lao-Tzu dan khsusnya chuang Tzu mementingkan aspek transedental dan mistik dalam dunia. Bagi Lao-Tzu, orang yang ide'al adalah orang yang dapat dipercaya karena mereka tidak bersaing. Dalam Taoisme, ketenangan membawa kesejukan. Untuk meluruskan takdir harus mengikuti jalan yang abadi (Tao). Perspektif Tao adalah "Pembelajaran yang bebal dan tidak ada penderitaan" (chan, 1963). confucianist mentransformasikan masyarakat melalui pendidikan. Pakar Taoisme, Chung Tzu membiarkan transformasi untuk memikirkan dirinya sendiri. Bagi Chuang Tzu, pikiran yang sempurna bertindak seperti cermin, menerima semuanya dan merespon dengan cara alami.

Buddhisme
Buddhisme adalah ajaran tentang penderitaan kehidupan untuk mengurangi penderitaan. Empat kebenaran mulia menurut ajaran ini adalih: lj kehidupan adalah untuk mengalami penderitaan; 2) pengharapan menyebabkan penderitaan; 3) mengurangi harapan berarti mengurangi penderitaan (untuk ke Surga); dan 4) harapan dapat dikurangi dan Surga dapat diraih melalui delapan cara, yaitu: (l) pemahaman yang benar, (2) pemikiran yang benar,  (3) bicara yang benar, (4) perilaku yang benar, (5) usaha yang benar,         (6) kehidupan yang benar, (7) pemikiran yang benar, (8) konsentrasi yang benar (Jaya Surya, 1963).
Tiga tingkatan pengetahuan yang dikenal dalam ajaran Buddha, yaitu: (1) Berdasarkan rasa impresif, tetapi tidak nalar; (2) Rerfleksi proses penalaran, penggunaan pikirarr/logika, ilmu pengetahuan, filosofi; dan (3) Pusat kesadaran intuisi yang tertinggi dari pikiran yang terang berdasarkan meditasi. Dari perspektif Buddha, setiap orang memiliki sifat Buddha secara alami dan kapasitas untuk mewujudkan alam menjadi Buddha (Chan, 1963): Kepercayaan dalam bagian sekolah Buddha, dapat muncul secara tiba-tiba setiap saat. Oleh karena itu Ch'an (Zen) Master Pendidikan menggunakan berbagai methode plovokasi dalam mempengaruhi mahasiswa untuk menggunakan konsep-konsep intelektual untuk menghasilkan pengertian yang spontan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar