Minggu, 24 November 2013

Apa itu Konseling Keterampilan Hidup ?


          Konseling dapat dimaknai bermacam-ragam, misalnya sebagai jenis khusus hubungan pemberian bantuan, sekumpulan perlakuan (intervensi), pfoses psikologis atau dalam istilah-istilah yang bermuara pada tujuan kegiatan atau orang yang melakukannya. TidAk ada perbedaan yang tegas antara konseling dan psikoterapi (Nelon-Jones, 1995: 1).
Sementara itu, sumber teori konseling, sama halnya dengan sumber teori kepribadian, meliputi hal-hal dalam konteks histories dan budaya, sejarah pribadi ahli yang mengembangkan konseling yang beriangkutan, teori-teori kepribadian, minat untuk menulis dan menginformasikan ide-ide, dan pengalaman-pengalaman profesional dan frustrasi-frustrasi, penelitian, pengaruh ahli-ahli leori lain, dan pandangan-pandangan disiplin-disiplin lainnya di luar psikologi. Oleh karena itu, kiranya dapat diterima pandangan yang mengitukun bahwa konseling mempunyai keterbatasanketerbatasan potensial, yaitu kenyataan bahwa teori konseling maupun teori kepribadian menganggap kebenaran parsial sebagai kebenaran umum (restriction of focus), kekakuan konselor, "pemasaran" yangtidak etis, mempeilemah klien, dan mendukung berlangsungnya keadaan suatu masalah (status quo). Kecenderungan timbulnya eklektisisme yang dilakukan pata praktisi konseling menunjukkan aspek negatif dari teori induknya.
Salah satu pandekatan konseling yang menggunakan aspek aspek positif berbagai aliran konseling dan teori kepribadian adalah konseling keterarnpilan hidup. Konseling keterampilan hidup yang disebut juga terapi konseling adalah pendekatan konseling yang bersifat integratii sebab konseling ini mengkombinasikan dan menggabungkan pandangan-pandangan dan kekuatan-kekuatan pendekatan-pendekbtan lain ke dalam suatu kesatuan teoretis yang utuh.
Konseling keterampilan hidup (KKH) adalah pendekatan yang berpusat pada manusia (klien) yang bertujuan membantunya mengembangkan keterampilan menolong diri atau self-helping skills (Nelson-Jones, 1995: 413; 1997: 8). Pendekatan ini menolak istilah psikologis pada sisi kerangka kerja pendidikan yang sederhana dan langsung. Dengan memperhatikan kebutuhan mayoritas terbesar manusia pada umumnya, pendekatan ini beranggapan bahwa semua orang pernah memperoleh dan mempertahankan kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan keterampilan-keterampilan hidup. Dalam KKH terdapat empat kunci konsep (Nelson-Jones, 1997: 8) yaitu:
Pada umumnya masalah-masalah yang dibawa kepada konselor mencerminkan "sejarah belajar"nya. Sekalipun factor-faktor eksternal berpengaruh, klien mempertahankan masalah-masalahnya karena mempunyai cara berpikir dan bertindak yang kurang atau lemah. Di dalam suasana hubungan konseling yang baik, konselor akan sangat efektif bila ia melatih klien dengan keterampilan-keterampilan berpikir dan bertindak yang relevan.
Tujuan akhir konseling keterampilan hidup (KKH) ialah pertolongan diri (self-helping) di mana klien memelihara dan mengembangkan kekuatan-kekuatan keterampilan berpikir dan bertindak. Tegasnya, bukan hanya membantu klien untuk memecahkan masalah pada saat sekarang melainkan juga untuk menghindari dan menangani masalah-masalah mendatang.
Selanjutnya Nelson-Jones menjelaskan bahwa KKH didasarkan pada kerangka kerja teoretis pendidikan psikologis. Artinya, bahwa KKH menghargai pentingnya latihan dan fasilitasi (Nelson-Jones, 1997: 8). Latihan diperlukan untuk membina klien mengembangkan keterampilan-keterampilan hidup yang lebih baik dengan menggunakan pendekatan developmental.
Adapun masalah-masalah yang menjadi fokus KKH adalah membantu klien memecahkan masalah dengan mengungkap potensi masalah tersebut. Sebagai pendekatan yang berpusat pada manusia, KKH memusatkan bantuan pada rentang keterampilan atau kompetensi yang perlu dipertahankan, dipelihara dan dikembangkan. Pandangan ini didasarkan pada asumsi yang dikemukakan oleh Albee (1984: 230) bahwa setiap manusia mempunyai potensi untuk tumbuh dan mempunyai hak untuk memaksimalisasi kompetensi pribadinya. Masalah-masalah tentang keinginan manusia mempunyai perasaan-perasaan, pikiran-likiran dan tindakan-tindakan adaptif yang diperlukan daiam memaksimalkan potensinya dapat terj{i sepanjang hidup dan daram semua bidang kehidupan. Masalah-masalah dan potensi-potensi tersebut merentang dari keterampilan dasar berpikir dan bertindak pada semua tingkat usia hingga kompetensi-kompetensi developmental pada tingkat-kehidupan yang lebih spesifik (Nelson-Jones, 1997: 9).
Untuk memenuhi tugasnya, konselor KKH berpegang pada nilai-nilai di dalam dan di luar kerangka kerja agama (Kelly, 1995, 73: 648-53) yang meliputi pengfiormatan ierhadap individu, penghargaan sebagai mahluk manusia, kepercayaan kepada keterdidikan manusia, dan potensi kemanusiaan untuk kehidupan akal dan sosial, serta keinginan menghargai dunia yang lebih baik. Kerangka pikir ini menggabungkan elemen-elimen psikologi humanistis-eksistensial dan keperilakuan-kognitif (cognitive behovioral). Atas dasar kerangka pikir tersebut maka konselor KKH adalah peneliti-praktisi yang secara tetap menyusun, melakukan dan mengevaluasi hipotesis mengenai perubahan-perubahan klien yang sedang diberi bantuan. sekurang-kurangnya ada empat sumber pengetahuan yang mendasari pemberian bantuan kepada mereka, yaitu pertama, perhatian pada pengetahuan teoretis, terutama tentang perkembangan dan perubahan kemanusiaan; kedua, konselor berusaha memasukkan temuan-temuan penelitian yang relevan ke dalam proses dan hasil-hasil konseling; ketiga, konselor belajar dari pengalaman-pengalaman konseling pruktisnya, dan keempat, konselor adalah mahluk manusia yang hidup dan berperasaan yang selalu belajar dari pengalaman-pengalaman pribadi di luar konseling. Pandangan ini sejaran dengan pundungan Larson (1984: 7-9) tentang model pendidikan psikologis (psychoeducational model) mengenai kedudukan konseior dalam pelaksanaan konseling.
Konselor KKH sebagai pendidik perkembangan atau developmental educator (Nelson-Jones, 1988), dengan memperhatikan secara khusus keadaan kesiapan, ekspektasi-ekspeitasi dan tingkatan keterampilan setiap klien, berusaha melaksanakan konseling dengan bantuan keterampilan-keterampilan menciptakan hubungan dirinya dengan klien dan cara melatih yang fleksibel. Fokus konseling meliputi peningkatkan dan penyembuhan klien yang rawan gangguan masalah, membantu klien yang mempunyai masalah-masalah spesifik, krisis pengelolaan kerja dan latihanlalihan keterampilan hidup yang bersifat perkembangan (developmental life skills). Dalam pelaksanaannya KKH dapat dilakukan secara individual maupun kelompok.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar