Kamis, 16 Januari 2014

Pandangan Sejarah Singkat Konseling Postmodern


INSOO KIM BERG : Sebagai Direktur exsekutif, pusat terapi keluarga yang singkat di Milwaukee. Sebagai pimpinan oretician dalam Pemusatan solusi terapi singkat (Solution Focused Brief Therapy (SFBT). Dia menyediakan tempat kerja yang dipersatukan, Japan, Korea Utara, Australia, Denmark, Inggris dan Jerman. Hasil tulisannya adalah jasa keluarga yang didasarkan: Pusat pendekatan solusi (1994), bekerja dengan masalah-masalah pemabuk (1992), Pusat Pendekat solusi (1992), dan Interviewing solution (2002).
STEVE DE SHAZER : salah satu pelopor (SFBT) Senior perkumpulan penelitian di Milwaukee, pengarang buku solusi terapi singkat SFBT (1985), petunjuk-petunjuk mempelajari (SFBT) (1988), meletakan perbedaan untuk bekerja (1991), awalnya kata sihir (1994). Dia mempresentasikan melalui tempat-tempat kerja, pelatihan, dan meluas sebagai konsultan di Amerika utara, Eropah, Australia, dan Asia untuk pengembangan teori dan solusi-solusi praktek.
MICHAEL WHITE : membantu pendirian bersama David Epston, ilmu pengobatan terapi naratif, bertempat di Dulwich di Adelaide, Australia. Cinta pada keluarga dan teman-teman, berenang, terbang dengan pesawat kecil, dan bersepeda. Mengantarkan banyak Bukunya: Terapi Naratif untuk tujuan Mengobati (1990), Karangan kehidupan: wawancara and ujian tulis (1995), dan Narratif untuk terapi kehidupan (1997).
DAVID EPSTON : Sebagai pembantu direktur pengembangan terapi Naratif dari pusat terapi keluarga di Auckland, Slandia baru, dan dia sebagai penulis dan guru dari ide-ide naratif, sebagai pelancong internasional, dosen pada pusat pelatihan di Australia, Eropah dan Amerika Utara. Profesional terhadap ancaman kehidupan anak-anak berpenyakit Asma, berjuang untuk kelompok wanita penyandang Anoreksia, dan melibatkan ayah yang dilepas oleh anak-anaknya. Penulis buku Makna Akhir Terapi Naratif (1990), Terapi Naratif untuk Anak dan Keluarga (1997). Suka bersepeda dan mencintai istrinya Anne di rumah pengasingan di sebuah pulau Waiheke.

Selasa, 14 Januari 2014

Sekilas tentang konseling Postmodern


Postmodern adalah suatu kondisi dimana terjadi penolakan / ketidak percayaan terhadap segala hal yang mengarah kepada kebenaran tunggal, keuniversalan, keobjektifan (sesuatu apapun yang hendak dijadikan dasar untuk menilai benar – salahnya sebuah konsep / pengetahuan) atas suatu objek dan realita yang terjadi.
Postmodern mengadopsi narasi, pandangan konstruksionis sosial menyoroti bagaimana kekuasaan, pengetahuan, dan “kebenaran” yang dinegosiasikan dalam keluarga dan sosial lainnya dan konteks budaya (Freedman & Combs, 1996). Terapi ini, dalam bagian, sebuah badan reestablishment pribadi dari penindasan masalah eksternal dan kisah-kisah dominan yang lebih besar.
Postmodern berlangsung singkat (Brief), umumnya antara empat sampai lima sesi saja. Berfokus pada pemecahan masalah (solusi) yang menekankan pada sumberdaya atau kompetensi dan kekuatan – kekuatan konseli, bukan berfokus pada penyebab atau problem. Menekankan pada pandangan bahwa konseli adalah individu yang unik dan subjektif serta bahasa atau naratif yang dikonstruksikan sendiri oleh konseli, bukan menekankan pada realitas “objektif” realitas konsensual (realitas sebagaimana membangun bahasa, memelihara dan mengubah masing – masing tata pandang (worldview) individu. Dalam pemikiran postmodern, menggunakan bahasa dalam cerita-cerita, untuk menceritakan kisah-kisah, dan masing-masing kisah-kisah ini benar bagi orang yang mengatakannya. Setiap orang yang terlibat dalam suatu situasi memiliki perspektif tentang “realitas”.

Jumat, 10 Januari 2014

Pokok Pokok teori Konseling Postmodern


POSTMODERN UMUMNYA MENGACU PADA 3 BIDANG ( Grenz, 1996 ) :
1.    1.  Era historical (industry, tekn. informasi)
2.    2.   Gerakan pada bidang seni (arsitektur, teater, literature, dunia lukis, performansi dsb)
3.      3. Kritik – kritik dalam bidang akademik terutama ilmu – ilmu sosial dan filsafat
PANDANGAN TENTANG SIFAT DASAR MANUSIA
1.    1.  Manusia hidup dengan beranekaragam realitas (bahasa, cerita, ideologi) Pluralistik
2.    2.  Tiada kebenaran tunggal
3.    3.  Kebenaran bersifa kontekstual, subjektif
4.      4.Manusia berbekal metode ilmiah yang tepat dapat menemukan pengetahuan yang terpercaya (realible) dan sahih (valid) tentang klien dan masalah-masalahnya
Pada dasarnya, SFBC didasarkan pada pandangan yang positif dan optimistik tentang hakikat manusia (Corey, 2009; Gladding, 2009).
1.      1. Manusia adalah makhluk yang sehat dan kompeten. SFBC merupakan pendekatan konseling yang nonpatologis yang menekankan pentingnya kompetensi manusia daripada kekurangmampuan, dan kekuatan daripada kelemahannya.
2.      2. Manusia mampu membangun solusi yang dapat meningkatkan kehidupannya.
3.      3. Manusia memiliki kemampuan menyelesaikan tantangan dalam hidupnya.
4.       Bagaimanapun pengaruh lingkungan terhadap manusia, konselor meyakini bahwa saat dalam layanan konseling kliennya  mampu menkonstruksi solusi terhadap masalah yang dihadapinya.
5.     

Kamis, 09 Januari 2014

Pendekatan Konseling Postmodern


PENDEKA
PENDEKATAN KONSELING POSTMODERN
Solution-focused brief counseling (SFBC)
Solution-focused brief counseling (SFBC) merupakan salah satu pendekatan konseling postmodern yang paling penting (Corey, 2009). Pendekatan ini didirikan dan dikembangkan terutama oleh Steve de Shazer dan Insoo Kim Berg sejak dekade 1980-an di Brief Therapy Center di Milwaukee Wisconsin Amerika Serikat (Capuzzi & Gross, 2009; Sharf, 2004).
Dalam perkembangannya, SFBC dipengaruhi pendekatan-pendekatan pemberian bantuan yang telah berkembang saat itu, diantaranya brief therapy yang dikembangkan Milton Erickson (Gladding, 2009), pendekatan behavior, pendekatan cognitive- behavior , dan systems family therapy (Seligman, 2006).
Pendekatan konseling ini banyak dibutuhkan pada era para konseli dan lembaga-lemaga pemberian bantuan psikologis menuntut layanan konseling yang singkat dan efektif. Demikian pula, keterampilan konseling singkat diperlukan konselor yang bekerja dalam latar pemberian bantuan yang diharapkan memberikan layanan yang lebih banyak dengan waktu yang lebih singkat (Gladding, 2009).
Pendekatan konseling ini menjadi semakin populer dalam pelayanan konseling karena kepraktisan, efisiensi, dan kefektivan dalam pembantuan terhadap konseli (Sciarra, 2004). Disamping itu, sekarang, SFBC merupakan pendekatan konseling yang paling banyak digunakan oleh praktisi profesi pemberian bantuan (Sperry, 2010). SFBC efektif dalam pembantuan terhadap keluarga, pasangan, para individu, anak-anak, dan remaja dengan beragam masalah kehidupan (Prochaska & Norcross, 2007).
SFBC tidak menggunakan teori kepribadian dan psikopatologi yang berkembang saat ini. Konselor SFBC berkeyakinan bahwa tidak bisa memahami secara pasti tentang penyebab masalah individu. Konselor perlu tahu apa yang membuat orang memasuki masa depan yang lebih baik dan lebih sehat, yaitu tujuan yang lebih baik dan lebih sehat. Individu tidak bisa mengubah masa lalu tetapi ia dapat mengubah tujuannya. Tujuan yang lebih baik dapat mengatasi masalah dan mengantarkan ke masa depan yang lebih produktif. Konselor perlu mengetahui karakteristik tujuan konseling yang baik dan produktif: positif, proses, saat sekarang, praktis, spesifik, kendali konseli, bahasa konseli.
Sebagai ganti teori kepribadian dan psikopatologi, masalah dan masa lalu, SFBC berpokus pada saat sekarang yang dipandu oleh tujuan positif yang spesifik yang dibangun berdasarkan bahasa konseli yang berada di bawah kendalinya.



                  TEORI PROSES KONSELING
Ø  Berfokus pada solution talk daripada problem talk.
Ø  Proses konseling diorientasikan bagi paningkatan kesadaran eksepsi terhadap pola masalah yang dialami dan pemilihan proses perubahan secara sadar.
Ø  Peningkatan kesadaran eksepsi terhadap pola masalahnya dapat menciptakan solusi.
Ø  Pemilihan proses perubahan dapat menentukan masa depan kehidupan konseli
Ø  Beberapa petunjuk pilihan yang memandirikan: (1) if it works, don’t fix it. Choose to do more of it, (2) if it works as a little, choose to build on it, (3) if nothing seems to be working, choose to experiment, including imagining miracles, dan (4) choose to approach each session as if it were the last. Change starts now, not next week.
                   HUBUNGAN KONSELING
ü  Kolaborasi antara konselor dan konseli dalam membangun solusi bersama.
ü  Kolaborasi menekankan solusi masalah konseli dan teknik konseling yang digunakan konselor daripada hubungan konseling.