Kamis, 07 November 2013

KONSELING, PEMBELAJARAN DAN KREATIVITAS


KONSELING, PEMBELAJARAN DAN
KREATIVITAS

KONSELING sering dipandang sebagai intinya bimbingan, "counseling is the heart of guidance " (Mortensen & Schumuller: 1959), demikian juga dengan pengajaran atau pembelajaran dipandang sebagai kegiatan utama pendidikan. Apakah itu benar? Mengapa demikian? Apakah ada persamaan dan hubungan antara konseling dengan pembelajaran?
Banyak layanan dan teknik yang dapat dilakukan dalam bimbingan, seperti pemberian informasi, bantuan penempatan, wawancara, pemberian nasihat, pengukuran, diskusi, bermain peran, sosiodrama, psikodrama, konsultasi langsung, konsultasi melalui internet, dll., tetapi itu semua bukan atau belum tentu konseling. Di dalamnya mungkin ada penerapan dari fungsi atauprinsip konseling, tetapi secara utuh bukan konseling. Memang beberapa literatur mengartikan konseling secara luas, mencakup bimbingan.
Konseling memiliki karakteristik khusus, selain dalam sifat hubungannya tetapi juga dalam fungsi terapeutiknya. Konseling merupakan hubungan antara dua pribadi "a person to person relationship" atatu pertemuan langsung "a direct meeting", meeting atau pertemuan ini, mempunyai makna yang lebih jauh, bukan hanya pertemuan secara fisik, tetapi pertemuan mental, pertemuann rohaniah, pertemuan dua pribadi atau "a meeting of mind”. Terutama klien menemukan- apa yang dia butuhkan, “apa yang dia cari" dalam pengembangan dirinya atau untuk mengatasi masalah yang dia hadapi.
Sasaran utama dari layanan konseling adalah perubahan sikap dan perilaku (Carl R. Rogers). Sikap merupakan bidang afelcif, menyangkut segi-segi emosi, perasaan, motivasi, nilai-nilai, dan sikap ini mendasari perilaku. Perilaku seseorang akan berubah apabila ada perubahan dalam sikapnya. Perubahan sikap sulit sekali dapat terjadi hanya melalui pemberian informasi, nasihat atau diskusi-diskusi biasa. Perubahan sikap membutuhkan dasar hubungan atau pertalian emosional tertentu antara klien dengan konselornya. Seorang klien yang mempunyai rasa bersalah yang sangat besar, merasa dibenci dan dimusuhi oleh banyak orang akan berubah sikap dan pdiasaannya hanya karena diterima dengan senyum dengan kehangatan oleh konselomya. Konseling berlangsung melalui wawancara (counseling interview), tetapi pertanyaan-pertanyaan konselor hanya merupakan media konseling, yang lebih mendasar adalah kepribadian konselor, jalinan hubungan antara keduanya serta makna pernyataan konselor.
Perubahan sikap terjadi karena adanya insight (pemahaman) terutama emotional insight, pada diri klien. iujuan dari proses konseling adalah menumbuhkan emosional insight sebanyak-banyaknya. Konseling yang berhasil adalah yang banyak menumbuhkan emosional insight pada kliennya. Emosional insight tercapai apabila ada pertemuan mental atau "meeting of mind” antara klien dengan konselor. Pertemuan demikian biasanya melekat lama, dan sering diingat oleh klien.
Dalam interaksi konseling, konselor tidak memberikan sesuatu kepada kliennya, dia hanya menciptakan situasi yang permisif, kondusif, akrab, bersahabat, memberikan pertanyaanpertanyaan yang memungkinkan kliennya berpikir, merasakan, melakukan analisis dan evaluasi diri, analisis masalah dan lingkungan, dan berkat itu semua dia sendiri menemukan dirinya (discover himself atau invent himself), menemukan potensi, .kekuatan, hal-hal berharga yang ada pada dirinya. Berkat penemuan tersebut dia mampu melihat dan menerima dirinya lebih objektif, mampu memecahkan masalah yang dihadapinya, mampu merancang, membuat keputusan dan melakukan pengembangan dirinya. Tujuan konseling adalah membantu klien agar klien mandiri, mampu memecahkan sendiri masalahnya, tnampu membuat keputusan yang tepat bagi dirinya mampu merancang masa depannya sendiri, mampu mengembangkan potensi dan kekuatan-kekuatan yang ada dalam dirinya.
PEMBELAJARAN atau pengajaran (teaching) merupakan kegiatan utama pendidikan. Pendidikan dilakukan melaiui kegiatan pengasuhan, bimbingan, pelatihan dan pembelajaran. Pengasuhan lebih banyak difokuskan pada pengembangan segi fisik dan nilai, terutama pada masa anak, pada masa pemula pengasuhan masihberlanjut tetapi lebih ditekankan pada segi nilai. Bimbingan (dan konseling) lebih banyak difokuskan kepada perkembangan kepribadian khususnya segi afektif dan sosial. Pelatihan lebih banyak difokuskan pada pengembangan segi keterampilan, baik keterampilan fisik-motorik maupun intelektual dan sosial.Pembelajaran atau pengajaran lebih banyak difokuskan pada perkembangan segi kognitif atau intelektual. Bila pembelajaran lebih difokuskan pada pengembangan segi kognitif, tidak berarti pengembangan segi-segi lain diabaikan, semua segi dikembangkan tetapi fokus utamanya adalah pengembangan kognitif. Demikian juga dengan kegiatan-kegiatan pendidikan lainnya.
Pembelajaran dapat dilakukan melalui pemberian informasi (ceramah), tanya-jawab, diskusi, seminar, bermain peran, pemberian tugas, pengamatan, percobaan, penelitian, pemecahan masalah dsb., tetapi itu semua merupakan metode atau model dalam pembelajaran. Pembel ajaran atau pengaj aran pada dasarnya merupakan upaya guru menciptakan situasi agar siswa belajar (Orstein, 1990; Joyce, Weil & Showers, 2000). Upaya itu dapat berupa penciptaan suasana kelas, penyediaan sumber dan media belajar, pengelompokan siswa, penggunaan model-model dan metode pembelajaran. Sasaran utama dari pembelajaran adalah agar siswa belajar. Betapapun baiknya rancangan yang dibuat, sarana dan fasilitas yang disediakan, dan cara penyampaian yang dilakukan oleh guru, tetapi kalau siswanya tidak atau sedikit sekali belajar, maka pembelajaran tersebut kurang berhasil.
Pembelajaran tidak hanya sekedar penggunaan metode dan penyampaian materi ajaran, tetapi lebih dari itu, berupa penciptaan situasi, pembangkitan motivasi, hubungan yang akrab, dll., agar siswa aktif belajar. Pembelajaran dan belajar adalah dua sisi dari satu mata uang, pembelajaran adalah aktivitas yang dilakukan guru, sedang belajar adalah aktivitas yang dilakukan siswa. Keberhasilan pembelajaran dilihat dari aktivitas dan kemajuan-kemajuan yang terjadi pada siswa. Melalui berbagai kegiatan dan pengalaman belajar yang dilakukan siswa, berkembang seluruh aspek kepribadian dan kemampuan siswa.
Pembelajaran dapat berkenaan dengan penguasaan pengetahuan, kompetensi, keterampilan, sikap-nilai, dan kemampuan berpikir. Di antara ke lima aspek tersebut penguasaan sikap-nilai dan kemampuan berpikir memegang peranan utama. Penguasaan pengetahuan tidak berhenti pada mengetahui dan memahami sejumlah fakta, konsep, dan teori, tetapi bagaimana penerapan atau penggunaan dari hal-hal tersebut agar bermanfaat bagi diri siswa dan lingkungannya. Penguasaan pengetahuan membutuhkan kemampuan berpikir, sedang penggunaan pengetahuan membutuhkan kemampuan berpikir dan penguasaan sikail dan nilai. Keterampilan dan kompetensi sederhana dikuasai melalui latihan, tetapi keterampilan dan kompetensi tahap tinggi membutuhkan dukungan kemampuan berpikir dan sikap-nilai.
Keterampilan tahap tinggi berkenaan dengan keterampilan social umpamanya keterampilan memimpin, berbicara di depan umum dan keterampilan intelektual umpamanya keterampilan membuat program komputer, merencanakan perbaikan rumah, sangat membutuhkan dukungan kemampuan berpikir dan sikap-nilai. Kompetensi tahap tinggi berkenaan dengan penguasaan keahlian dan profesi, seperti keahlian dalam penelitian, bahasa, matematika, dan lain-lain, profesi sebagai dokter, guru, pengacara, dan lain-lain, keduanya sangat membutuhkan dasar dan penguasaan kemampuan berpikir dan sikap-nilai.
PUNCAK dari kemampuan berpikir adalah kemampuan memecahkan masalah dan kreativitas (Anderson & Krathwohl: 2000). Penguasaan kemampuan memecahkan masalah dan kreatif saja belum cukup, sebab perlu didukung dan dibingkai oleh sikap dan nilai. Kemampuan memecahkan masalah dan berkreasi perlu dimotori, didorong oleh motivasi, kemamuan untuk memecahkan masalah untuk berkreasi. Pemecahan masalah dan kreativitas juga harus dibingkai atau dipagari oleh nilai, agar pengembangannya ke arah kemaslahatan dirinya dan lingkungannya.
Dari uraian ini tampak ada persamaan dan titik temu antara konseling dengan pengajaran atau pembelajaran, keduanya berfokus pada inti yang sama yaitu pengembangan kemampuan memecahkan masalah dan keativitas atau pengembangan diri. Memang ada perbedaan dalam lingkup dan penekanan, konseling dalam lingkup pengembangan kepribadian dengan tekanan lebih besar pada segi-segi afektif, sedang pembelajaran pada lingkup lingkungan, penguasaan keahlian dan profesi dengan tekanan lebih besar pada segi kognitif dan psikomotor.
Dalam prosesnya antara kedua bidang dapat saling mendukung. Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang menerapkan prinsip-prinsip konseling, seperti: penciptaan situasi yang permisii bersahabat, akrab, saling mempercayai, saling menerima, menghormati antara guru dengan siswa. Di pihak lain konseling yang berhasil adalah konseling yang mampu mengembangkan kreativitas yang . konstruktif. Pembelajaran dan konseling mempunyai hubungan yang sangat erat sebab perkembangan aspek intelektual dan psikomotor sangat didasari oleh kondisi emosional. Keberhasilan pelaksanaan konseling sangat menunjang keberhasilan belajar. Pembelajaran yang baik hendaknya menerapkan prinsip-prinsip konseling.

Untuk Sahabat yang akan Memasuki Purna Karya
Sahabatku, tulisan ini tidaklah terlalu bagus
Kutulis sebagai tanda persahabatan yang tulus
Kita dulu satu perahu
Berdiskusi tentang berbagai ilmu
Kini kita lain perahu
Kecintaanku tetap seperti dulu
Selamat jalan  sahabatku
Besok lusa mengikutimu


REFERENSI
Anderson, L.W. and Krathwohl. (Ed). (2001). A Taxonomy for Learning, Teaching and Assessling. New York: Addison Wesley Longman, Inc.
Burden P.R. & Byrd, D.M. (1999). Methods for Efective Teaching. Boston: Allyn and Bacon.
Gardner, Howard. (1993). Creating Minds. New York: Basic Books.
Gibson, R.L. & Mitchell, M. H. (1986). Introduction to Counseling and Guidance. New York: MacMillan Publishing Co.
Gredler, Margaret E. (1992). Learning and Instruction: Theory Into Practice. New York: Macmillan Publishing Company.
Hansen, J.C. Stevic R.R. Warner Jr. R.W. (1982). Counseling Boston: Allyn and Bacon,Inc.
Jacobs, E.E., Harvill, R.L. & Masson, R.L. (1994). Group Counseling: Strategies and Skill. Pacific Grove, California: Brooks/Cole Publishing Co.
Joyce, Bruce., et all. (2000). Models of Teaching. Boston: Allyn and Bacon.
Nelson-Jones, Richard. (1995). Counselling and Personality: Theory and Practice. NSW Australia: Allen & Unwin.
Orstein, Allan C. (1990). Strategies for Effective Teaching. New York: Harper Collins Publishers.
Schmidt, John J. (1999). Counseling in Schools. Boston: Allyn and Bacon.
Sukmadinata, N. Sy. (1992). Teori dan Teknik Penryluhan Individual. Bandung: IKIP Bandung.
Sukmadinata, N. Sy. (2003). Landasan Psikologi Proses Pendidikan Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sukmadinata, N. Sy. (2004). Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi. Bandung: Kesuma Karya
Wisniewski R. & Ducharme, E.R. (1989). The Professors of Teaching: An Inquiry. New York: State University of New York Press.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar