MENGEMBANGKAN KEHIDUPAN KELUARGA SEBAGAI LINGKUNGAN
HIDUP DAN LINGKUNGAN PENDIDIKAN BERAGAMA
Keluarga
merupakan lingkungan hidup pertama bagi "anak manusia" pada umumnya.
Insya Alloh lingkungan hidup ini telah didirikan atas dasar tonggak-tonggak
agama yang diridloi oleh Alloh swt. Keluarga seperti ini secara otomatis akan
memberikan dan menciptakan lingkungan hidup beragama dan akan memakmurkan gerak
lan gkah anak-anaknya dalam pendidikan agama yang diridloi-Nya.
Mengembangkan kehidupan keluarga beragama berarti mengembangkan
lingkungan hidup yang sekaligus membangun lingkungan pendidikan beragama. Keadaan
ini perlu diawali oleh suatu keyakinan bahwa hidup berkeluarga sebagai bukti ittaqulloh. Jalinan pemikahan yang
mengawali tumbuh suburnya kehidupan berkeluarga itu telah didasarkan pada upaya
membulatkan tekad dalam pilihan sebagai calon isteri atau suami sebagaimana
firman Alloh swt. dalam Al-Qur'an:
...Apabila
engkau telah membulatkan tekad, maka
Bertawakallah
kepada Alloh...(Q.S. Ali Imron 3: 159).
Yang kemudian mereka berusaha mengembangkan kehidupan keluarga yang
sejaht era. " Rumahku adalah Surgaku"
Mereka selalu berusaha mewujudkan keseimbangan kehidupan dunia dan
akhirat melalui strategi, taktik dan antara teknik pergaulan dan pengelolaan
rumah tangga yang didasarkan pada tujuan hidup semula, yaitu bertaqwa kepada
Alloh dengan jalan beribadah kepatra Alloh sebagai Al-Kholiq; seperti
dikernukakan dalam Al-Qur'anul Karim:
Dan
sesungguhnya tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah
kepada-Ku.
(Q.s. Adz-Dzariyat 5l: 59).
Di dalam kehidupan berkeluarga suami dan isteri yang kemudian baru
menjadi ibu dan ayah lebih menyadirri bahwa kehidupan berkeluarga itu mempunyai
beban tanggung jawab membesarkan dan mendidik anak-anak yang lahir dalam
keluarga. Oleh karena itu dalam keadaan ini mereka perlu rebih dapat memahami
yang selalu kita ikrarkan setiap kita melaksanakan sholat, yaitu bahwa
sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku, kupersembahkan semata-mata kepada
Alloh, Raja sekalian alam.
...
Sesungguhnya sholatku, ibadahlat, hiduptat dan matiku hanyalah untuk Alloh,
Robb semesta alam. (Q.S. Al-An,am 6: 162).
Orang tua yang memaharni tugasnya sebagai orang tua, mereka tidak akan
memandang kehadiran anak sebagai sesuatu yang menyulitkan, sesuatu beban yang
memberatkan, tetapi semua beban itu akan diterima sebagai amal ibadah dalam
ketaqwaan kepada Al-kholiq. Selanjutnya mereka akan selalu bersyukur dengan
kehadiran anak-anaknya, karena mereka percaya, karena beragama. Mereka meyakini
bahwa: Sesungguhnya Alloh swt. Telah berjanji di dalam al-Qur'an bahwa Dia akan
menambahkan ni'mat-Nya kepada orang-orang yang suka mensyukuri ni’mat-ni'mat
yang sudah mereka terima. Alloh swt. berfirman:
Dan
(ingatlah) tatkala Robb kalian memo'lumlcan: "sesungguhnya jika lralian
bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni'mat) kepada kalian, namunjika kalian
mengingkari (ni'mat-Ku), maka sesungguhnya adzab- Ku sangat pedih " (Q.S. Ibrahim 14:7).
... dan
barang siapa yang bersyukur (kepada Alloh), maka sesungguhnya ia bersyukur
untuk dirinya sendiri (Q.S. Luqman 3l : 12).
Orang tua yang mampu bersyukur dengan kehadiran anak-anaknya dengan
tugas dan tanggung jawab untuk mendidiknya, berarti mereka telah mengenal
dirinya sendiri sebagai pendidik utama. Mereka dan kita akan menyadari bahwa
anak itu adalah titipan Alloh. Perbuatan kita sebagai pendidik akan diminta
pertanggung-jawabannya kelak di kemudian hari.
Orang tua yang berusaha menghadirkan kehidupan keluarga yang sejahtera
dan bahagia menurut tuntunan agama: secara langsung dan tidak langsung ia telah
'berusaha menciptakan lingkungan hidup dan lingkungan pendidikan bagi
anak-anaknya dan anggota keluarga yang lain. Orang tua seperti ini memberikan gambaran
orang yang taat kepada Alloh swt. orang tua yang memenuhi janjinya bahwa
ibadahku hanya untuk-Nya. Berkenaan dengan hal ini Alloh berfirman:
... dan
penuhilah janji kalian, niscaya Aku akan memenuhi janji-KU kepada kalian' (Q. S. Al-Baqoroh 2: 40).
Alloh tidak
membebani seseorang melainkan menurut kesanggupannya.... (Q.S. Al-Baqoroh 2: 286).
Bagaimanapun mengembangkan kehidupan keluarga menjadi lingkungan
pendidikan beragama merupakan bagian dari upaya kita menciptakan suasana
kehidupan yang kondusif untuk hadimya anak sebagai sumber daya manusia yang
diharapkan; yaitu manusia Indonesia yang bermoral. Moral yang mana itu?
Jawabnya: "Akhlakul Karimah". Keluarga yang insya Alloh diridloi
Alloh, keluarga yang diberi pemahaman yang mendalam tentang agama, sehingga akan
terlahir keluarga yang sakinah, mawaddah warohmah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar