Dahlan dan Syihabudin (2001: l3) mengemukakan bahwa
pertanyaan-pertanyaan di atas dapat dijawab melalui Sabda Rasulullah SAW yang
diriwayatkan oleh Abu Hurairah sebagai berikut:
Jika seorang muslim melakukan suatu dosa, timbullah noda
hitam dalam qolbunya. Jika dia bertaubat, berhenti, dan meminta
kemuliaan, jernihlah qolbunya. Jika dosanya bertambah, bertambahlah nodanya
hingga menutupi qolbunya. Noda itulah yang dimaksud dengan arran
di dalam firman (Q.S. Al-Muthaffifin 83: l4), "sama sekali
tidak demikian, tetapi apo yang dahulu senantiasa mereka menutupi
hatinya ". (HR.. Muhammad bin Basyar).
Sementara itu dalam hadist yang diriwayatkan oleh Mujahid (Al Ghozali, IV : 42-52) dikatakan
:
Qolbu itu ibarat telapak tangan yang terbulu. Jika
seorang hamba berbuat dosa, lipatlah sebuah jari sehingga seluruh jari melipat
(tangan mengepal) maka qolbu pun tertutup itulah yang dimaksud dengan
terkuncinya qolbu.
Kedua hadist di atas menjelaskan dampak dari perbuatan dosa terhadap
qolbu yang merupakan dinamisator bagi jasad manusia. Semakin banyak dosa yang
dilakukan semakin pekatlah hatinya oleh noda, sehingga ia. tidak tertembus oleh
cahaya Al-Quran. Padahal untuk itulah Allah Swt. menurunkan Al-Quran sebagai referensi bagi
daya qolbu dalam menengahi konflik berbagai kepentingan.
Setelah menelaah dan mencermini aib diri kita masing-masing Insya Allah kita menjadi arif.. Seberapa banyakkah noda dan aib diri? Seberapa tebalkah noda
hitam itu di qolbu kita? Langkah selanjutnya adalah membersihkan noda dan aib
diri yang kita ketahui melalui proses taubat dan istighfar.
Menurut Gymnastiar (2002: 19) ada tiga langkah dalam mengupayakan taubat
nasuha yaitu: 1). Kita harus belajar menyesali perbuatan dosa yang telah
dilakukan. Tidak termasuk orang yang bertaubat ketika merasa bangga dengan
kebusukan masa lalunya. Jangan sampai kita berpikir untuk mengulanginya lagi. Rasa
sakit, perih, penyesalan, itulah tanda-tanda kualitas taubat, 2). Secara jelas
kita memohon ampunan misalnya dengan doa "rabbana zholamna anfusana wa in lam taghfir lana wa tarhambna lanohtnanna
minal khasirin." ("Wahai tuhan kami, kami sudah zalim pada diri
kami sendiri. Kalau engkau tidak mengampuni dan tidak menyayangi maka tentulah
kami akan menjadi orang yang merugi.") Berdoa memohon ampunan Allah bisa
menggunakan bahasa apa saja asalkan tulus, dan 3). Ada keinginan kuat untuk tidak
mengulangi perbuatan dosa itu lagi. Kesempurnaan taubat adalah menutupinya
dengan perbuatan baik. Jika langkah tersebut telah dilakukan, insya Allah kita
akan memiliki qolbu yang suci, bening, dan sehat. Al-Quran mengistilahkan qolbu
yang demikian dengan Qolbun Salim. Wallahu a'lam bishshawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar