Rabu, 18 September 2013

PENTINGNYA PDNDIDIKAN KEIMANAN BAGI ANAK 0-5 TAHUN


PENTINGNYA PDNDIDIKAN KEIMANAN BAGI ANAK 0-5 TAHUN

Kita selaku orang tua, hampir setiap saat dicekam berbagai kecemasan karena tingkahlaku anak-anak kita sendiri. Seringkali kita tidak memahami anak kita sendiri, yang kadang-kadang dianggap patuh, tertib, rajin, dan hormat; akan tetapi kadang-kadang dianggap membangkang, degil, kurang sopan' malas, dan kurang bergairah belajar. Fenomena ini tentu saja berpangkal pada perlakuan yang pernah diterima anak itu dari kita sebagai orang tuanya, atau mungkin juga dari lingkungan yang mewarnai hidup dan perihidup anak itu.
Seringkali kita sebagai orang tua menghendaki anak kita selalu ada di rumah, berada duduk di sebelah kita, bercengkrama dengan ibu dan ayah serta adik dan kakaknya. Sering pula kita ..trgharupkan agar anak kita tidak perlu disuruh-suruh melakukan shalat tepat waktu, atau pergi ke masjid sendiri, atas keinginan dan kehendak sendiri. Seringkali yang terjadi, malah sebaliknya.
Timbul pertanyaan dari kita sebagai orang tua si anak, apa yang terjadi pada anak itu? Fenomena seperti ini baru tampak setetatr anak berada pada masa remaja, masa anak menyatakan diri sebagai manusia mandiri.
Sekiranya kita menelaah perjalanan perbuatan dan perlakuan kita kepada anak tersebut; pertanyaan itu sedikit demi sedikit akan terungkapkan. Perjalanan pendidikan apa yang pernah dialami anak sejak-lahimya, bihkan sejak kita sebagai orang tuanya memilih pasangan hidup. Sentuhan-sentuhan macam apakah yang dihayati anak di saat berada pada pangkuan pertama ibunya? Bukankah Rasulullah Saw. telah mengingatkan kita dengan sabdanya:
"Setiap yang lahir dilahirkan menurut fithrah. Ibu
bapaknyalah yang meyahudikannya, menashranikannya,
atau memajusikannya".
Betapa jelasnya bunyi Hadits itu, bahwa karena tangantangan orang tuanyalah si anak dapat berubah arah, yang tadinya fithrah malah menjadi menyimpang. Kelahiran anak itu sendiri fithrah, dan orang tuanyalah yang mewarnainya dengan celupan majusi, nashrani atau yahudi. Analogi pada Ha'dits tersebut adalah bahwa kedegilan, kemalasan, ketidakpatuhan, serta berbuat tak sopan itu, akibat dari ulah orang tuanya. Padahal sejak kejadian dan kelahirannya, anak itu fithrah.
Sekiranya kita telah menyadari bahwa anak itu dicemari oleh tangan-tangan orang tuanya yang keliru, wajarlah apabila kita segera mencari landasan yang kokoh, agar pendidikan anak kita tidak dilumuri tangan-tangan kotor dari orang tuanya.
Kita temukan dalam Islam dua konsep ajaran Rasulullah Saw. yang padat makna, yang erat kaitannya dengan tujuan pendidikan yaitu iman dan taqwa. Kedua konsep itu tidak dapat dipisahkan. Taqwa merupakan asas dari berbagai kebajikan, dan bahkan sebagai induk segala perbuatan dan ibadah manusia; sedangkan iman merupakan pernyataan pembenaran dengan kalbu sehingga manusia terbebas dari berbuat dusta. Lebih jauh lagi, iman menurut syari'at Islam adalah i'tikad dalam kalbu dan iqrar dengan lisan yang diwujudkn dalam berbagai amalan segala rukunnya. Ini berarti bahwa seorang yang beriman, pasti berserah diri kepada Allah swt. dalam arti bahwa dia Muslim hakiki.
Terungkap dalam qaul Ulama (Bustanul 'Arifin, dalam Isma'il al-Buruswi, I100 H. juz I: l7l):
"Apabila akar dan pangkal seseorang baik, maka baik
jugalah cabang-cabangnya" .
Ini berarti bahwa apabila kalbu seseorang telah diisi nur dan cahaya iman, segala perbuatan dan perilakunya akan dibimbing dan diarahkan oleh nur iman itu.
Ulama lainnya (lsma'il al-Buruswi, ll00 H' juz I: 203) menyatakan bahwa iman itu terlindung oleh lima benteng:
Demikianlah iman memiliki lima benteng:
Yang pertama adalah keyakinan;kedua ikhlas; ketigamenunaikan fardlu; keempat menunaikan amal sunnah; dankelima berbuat sopan santun dan adobnya.  Selama orang itumampu memelihaia sopan Santun dan adabnya, setan tidak akan merongrong benteng amal sunat, tidak pula merongrong amal-wajib, tidak pula merongrong keikhlasan dalam-beramal serta keyakinan. oleh karena itu, seyogianya ia memelihara sopan santun dalam segala urusannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar