PENTINGNYA PDNDIDIKAN KEIMANAN BAGI ANAK 0-5
TAHUN
Kita selaku
orang tua, hampir setiap saat dicekam berbagai kecemasan karena tingkahlaku
anak-anak kita sendiri. Seringkali kita tidak memahami anak kita sendiri, yang
kadang-kadang dianggap patuh, tertib, rajin, dan hormat; akan tetapi
kadang-kadang dianggap membangkang, degil, kurang sopan' malas, dan kurang bergairah
belajar. Fenomena ini tentu saja berpangkal pada perlakuan yang pernah diterima
anak itu dari kita sebagai orang tuanya, atau mungkin juga dari lingkungan yang
mewarnai hidup dan perihidup anak itu.
Seringkali kita sebagai orang tua menghendaki anak kita selalu ada di
rumah, berada duduk di sebelah kita, bercengkrama dengan ibu dan ayah serta
adik dan kakaknya. Sering pula kita ..trgharupkan agar anak kita tidak perlu
disuruh-suruh melakukan shalat tepat waktu, atau pergi ke masjid sendiri, atas
keinginan dan kehendak sendiri. Seringkali yang terjadi, malah sebaliknya.
Timbul pertanyaan dari kita sebagai orang tua si anak, apa yang terjadi
pada anak itu? Fenomena seperti ini baru tampak setetatr anak berada pada masa
remaja, masa anak menyatakan diri sebagai manusia mandiri.
Sekiranya kita menelaah perjalanan perbuatan dan perlakuan kita kepada
anak tersebut; pertanyaan itu sedikit demi sedikit akan terungkapkan.
Perjalanan pendidikan apa yang pernah dialami anak sejak-lahimya, bihkan sejak
kita sebagai orang tuanya memilih pasangan hidup. Sentuhan-sentuhan macam
apakah yang dihayati anak di saat berada pada pangkuan pertama ibunya? Bukankah
Rasulullah Saw. telah mengingatkan kita dengan sabdanya:
"Setiap yang lahir dilahirkan menurut fithrah. Ibu
bapaknyalah yang meyahudikannya, menashranikannya,
atau memajusikannya".
Betapa jelasnya bunyi Hadits itu, bahwa karena tangantangan orang
tuanyalah si anak dapat berubah arah, yang tadinya fithrah malah menjadi
menyimpang. Kelahiran anak itu sendiri fithrah, dan orang tuanyalah yang
mewarnainya dengan celupan majusi, nashrani atau yahudi. Analogi pada Ha'dits
tersebut adalah bahwa kedegilan, kemalasan, ketidakpatuhan, serta berbuat tak sopan
itu, akibat dari ulah orang tuanya. Padahal sejak kejadian dan kelahirannya,
anak itu fithrah.
Sekiranya kita telah menyadari bahwa anak itu dicemari oleh
tangan-tangan orang tuanya yang keliru, wajarlah apabila kita segera mencari
landasan yang kokoh, agar pendidikan anak kita tidak dilumuri tangan-tangan
kotor dari orang tuanya.
Kita temukan dalam Islam dua konsep ajaran Rasulullah Saw. yang padat
makna, yang erat kaitannya dengan tujuan pendidikan yaitu iman dan taqwa. Kedua
konsep itu tidak dapat dipisahkan. Taqwa merupakan asas dari berbagai
kebajikan, dan bahkan sebagai induk segala perbuatan dan ibadah manusia; sedangkan
iman merupakan pernyataan pembenaran dengan kalbu sehingga manusia terbebas
dari berbuat dusta. Lebih jauh lagi, iman menurut syari'at Islam adalah i'tikad
dalam kalbu dan iqrar dengan lisan yang diwujudkn dalam berbagai amalan segala
rukunnya. Ini berarti bahwa seorang yang beriman, pasti berserah diri kepada Allah
swt. dalam arti bahwa dia Muslim hakiki.
Terungkap dalam qaul Ulama
(Bustanul 'Arifin, dalam Isma'il al-Buruswi, I100 H. juz I: l7l):
"Apabila akar dan pangkal seseorang baik, maka baik
jugalah cabang-cabangnya" .
Ini berarti bahwa apabila kalbu seseorang telah diisi nur dan cahaya
iman, segala perbuatan dan perilakunya akan dibimbing dan diarahkan oleh nur
iman itu.
Ulama lainnya (lsma'il al-Buruswi, ll00 H' juz I: 203) menyatakan bahwa
iman itu terlindung oleh lima
benteng:
Demikianlah iman memiliki lima benteng:
Yang pertama adalah keyakinan;kedua ikhlas; ketigamenunaikan fardlu;
keempat menunaikan amal sunnah; dankelima berbuat sopan santun dan adobnya. Selama orang itumampu memelihaia sopan Santun
dan adabnya, setan tidak akan merongrong benteng amal sunat, tidak pula merongrong
amal-wajib, tidak pula merongrong keikhlasan dalam-beramal serta keyakinan.
oleh karena itu, seyogianya ia memelihara sopan santun dalam segala urusannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar