Selasa, 08 Oktober 2013

MENGEMBANGKAN KEHIDUPAN KELUARGA SEBAGAI LINGKUNGAN HIDUP DAN LINGKUNGAN PENDIDIKAN BERAGAMA


MENGEMBANGKAN KEHIDUPAN KELUARGA SEBAGAI LINGKUNGAN HIDUP DAN LINGKUNGAN PENDIDIKAN BERAGAMA
Keluarga merupakan lingkungan hidup pertama bagi "anak manusia" pada umumnya. Insya Allah lingkungan hidup ini telah didirikan atas dasar tonggak-tonggak agama yang diridloi oleh Allah swt. Keluarga seperti ini secara otomatis akan memberikan dan menciptakan lingkungan hidup beragama dan akan memakmurkan gerak lan gkah anak-anaknya dalam pendidikan agama yang diridloi-Nya.
Mengembangkan kehidupan keluarga beragama berarti mengembangkan lingkungan hidup yang sekaligus membangun lingkungan pendidikan beragama. Keadaan ini perlu diawali oleh suatu keyakinan bahwa hidup berkeluarga sebagai bukti ittaqulloh. Jalinan pemikahan yang mengawali tumbuh suburnya kehidupan berkeluarga itu telah didasarkan pada upaya membulatkan tekad dalam pilihan sebagai calon isteri atau suami sebagaimana firman Alloh swt. dalam Al-Qur'an:
...Apabila engkau telah membulatkan tekad, maka
Bertawakallah kepada Alloh...(Q.S. Ali Imron 3: 159).
Yang kemudian mereka berusaha mengembangkan kehidupan keluarga yang sejaht era. " Rumahku adalah Surgaku"
Mereka selalu berusaha mewujudkan keseimbangan kehidupan dunia dan akhirat melalui strategi, taktik dan antara teknik pergaulan dan pengelolaan rumah tangga yang didasarkan pada tujuan hidup semula, yaitu bertaqwa kepada Alloh dengan jalan beribadah kepatra Alloh sebagai Al-Kholiq; seperti dikernukakan dalam Al-Qur'anul Karim:
Dan sesungguhnya tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku. (Q.s. Adz-Dzariyat 5l: 59).
Di dalam kehidupan berkeluarga suami dan isteri yang kemudian baru menjadi ibu dan ayah lebih menyadirri bahwa kehidupan berkeluarga itu mempunyai beban tanggung jawab membesarkan dan mendidik anak-anak yang lahir dalam keluarga. Oleh karena itu dalam keadaan ini mereka perlu rebih dapat memahami yang selalu kita ikrarkan setiap kita melaksanakan sholat, yaitu bahwa sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku, kupersembahkan semata-mata kepada Alloh, Raja sekalian alam.
... Sesungguhnya sholatku, ibadahlat, hiduptat dan matiku hanyalah untuk Alloh, Robb semesta alam. (Q.S. Al-An,am 6: 162).
Orang tua yang memaharni tugasnya sebagai orang tua, mereka tidak akan memandang kehadiran anak sebagai sesuatu yang menyulitkan, sesuatu beban yang memberatkan, tetapi semua beban itu akan diterima sebagai amal ibadah dalam ketaqwaan kepada Al-kholiq. Selanjutnya mereka akan selalu bersyukur dengan kehadiran anak-anaknya, karena mereka percaya, karena beragama. Mereka meyakini bahwa: Sesungguhnya Allah swt. Telah berjanji di dalam al-Qur'an bahwa Dia akan menambahkan ni'mat-Nya kepada orang-orang yang suka mensyukuri ni’mat-ni'mat yang sudah mereka terima. Allah swt. berfirman:
Dan (ingatlah) tatkala Robb kalian memo'lumlcan: "sesungguhnya jika lralian bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni'mat) kepada kalian, namunjika kalian mengingkari (ni'mat-Ku), maka sesungguhnya adzab- Ku sangat pedih " (Q.S. Ibrahim 14:7).
... dan barang siapa yang bersyukur (kepada Alloh), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri (Q.S. Luqman 3l : 12).

Orang tua yang mampu bersyukur dengan kehadiran anak-anaknya dengan tugas dan tanggung jawab untuk mendidiknya, berarti mereka telah mengenal dirinya sendiri sebagai pendidik utama. Mereka dan kita akan menyadari bahwa anak itu adalah titipan Allah Perbuatan kita sebagai pendidik akan diminta pertanggung-jawabannya kelak di kemudian hari.
Orang tua yang berusaha menghadirkan kehidupan keluarga yang sejahtera dan bahagia menurut tuntunan agama: secara langsung dan tidak langsung ia telah 'berusaha menciptakan lingkungan hidup dan lingkungan pendidikan bagi anak-anaknya dan anggota keluarga yang lain. Orang tua seperti ini memberikan gambaran orang yang taat kepada Allah swt. orang tua yang memenuhi janjinya bahwa ibadahku hanya untuk-Nya. Berkenaan dengan hal ini Allah berfirman:
... dan penuhilah janji kalian, niscaya Aku akan memenuhi janji-KU kepada kalian' (Q. S. Al-Baqoroh 2: 40).
Alloh tidak membebani seseorang melainkan menurut kesanggupannya.... (Q.S. Al-Baqoroh 2: 286).
Bagaimanapun mengembangkan kehidupan keluarga menjadi lingkungan pendidikan beragama merupakan bagian dari upaya kita menciptakan suasana kehidupan yang kondusif untuk hadimya anak sebagai sumber daya manusia yang diharapkan; yaitu manusia Indonesia yang bermoral. Moral yang mana itu? Jawabnya: "Akhlakul Karimah". Keluarga yang insya Allah diridloi Allah, keluarga yang diberi pemahaman yang mendalam tentang agama, sehingga akan terlahir keluarga yang sakinah, mawaddah warohmah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar