Dalam membantu klien agar kembali kata hatinya berfungsi, konselor
Islami seyogianya mengaplikasikan Asmaul Husna. Tetesan nur ilahiah yang
diaplikasikan konselor Islami, melalui konseling, diharapkan dapat menggugah
nurani klien. Nama demi Nama Allah Swt. dapat diwujudkan dalam perlakuan
konselor di saat menghadapi klien.
1. ar-Rahman ditunjukkan pada perbuatan konselor yang turut prihatin akan keadaan
klien
2. ar-Rahim tampak pada perbuatan konselor yang peduli akan keadaan klien yang
mendambakan kasih sayang, simpati cinta suci, sehingga klien luput dari
kealpaan, kelalaian, keras kepala, dan reaksi negatif lainnya.
3. al-Malik tampak pada perbuatan konselor yang mengarahkan klien agar mampu
menguasai kalbu dan dunia psikisnya, mampu menundukkan aiakanlsetan dan
marahnya, sehingga lahir sikap kasih sayangnya ke jalan yang diridlai Allah
Swt.
4. al-Quddus tampak pada perbuatan konselor membantu klien agar mampu memberesihkan
dan menyucikan hatinya dari pengaruh hawa nafsunya.
5. as-Salam diwujudkan pada perbuatan konselor yang menumbuhkan rasa aman, damai,
terlindung serta dilindungi, dan klien mampu menjaga semua anggota badannya
dari perbuatan salah, keliru, haram, sehingga tidak menjadi budak hawa
nafsunya.
6. al-Mu'min diwujudkan pada perbuatan konselor yang menyebabkan keberadaan klien
dirasakan menjadi rahmat oleh lingkungan masyarakatnya, dan tidak menumbuhkan kemadlaratan.
7. al-Muhaimin diwujudkan pada perbuatan konselor yang menyebabkan klien mampu
memelihara diri dan kalbunya, sehingga dapat memperbaharui keadaan
batiniyyahnya untuk mencapai kesempurnaan.
8. al-Aziz nampak pada perbuatan konselor dalam mempengaruhi klien agar kembali ke
jalan yang benar, dengan tenteram.
9. al-Mutakabbir diwujudkan pada perbuatan konselor yang membantu klien agar mengabaikan
pengaruh negatif yang dapat menghalangi kalbunya dari dzikrullah.
10. al-Kholiq diwujudkan pada perbuatan konselor untuk membantu klien agar senantiasa
menggunakan pegetahuannya untuk menciptakan berbagai maslahat, berdasarkan
potensi yang dimilikinya dalam mengarungi kehidupan dunia.
11. al-Bari diwujudkan pada kemampuan konselor untuk membantu klien agar menciptakan
keselarasan dan keseimbangan, terpelihara dari keganjilan kekeliruan,
kezhaliman dan kebingungan.
12. al-Mushawwir diwujudkan pada kegiatan konselor memolakan agar kata hati klien
mencerminkan nur ilahiah.
13. al-Ghoffar diwujudkan pada pribadi konselor yang faham akan kesulitan yang
dihadapi dan dirasakan klien.
14. al-Qahhar diwujudkan pada perilaku konselor yang mampu menggunakan kepakarannya
untuk membantu klien.
15. al-Wahhab diwujudkan pada perbuatan yang bijak, bajik dan memungkinkan klien
senang mengungkapkan segala harapan, pandangan dan segala persoalan yang
dihadapinya.
16. ar-Razzaq diwujudkan pada sikap konselor yang proaktif menjemput klien sebelum
meminta bantuan.
17. al-Fattah diwujudkan pada perilaku konselor yang siap memberi jalan kepada klien
untuk mengungkapkan keinginan, kehendak, harapan serta pandangannya tentang
orang lain.
18. al-Alim diwujudkan pada perilaku konselor yang tampil sebagai manusia bijak
yang siap menghadapi klien dan tidak terlalu banyak tanya, yang dapat
menumbuhkan rasa tak percaya pada kemampuan konselor. Ia lebih banyak
mendengarkan daripada berbicara.
19. al-Qobidl diwujudkan pada perilaku konselor yang mampu mengatur waktu secara
efisien, dalam memfokuskan bahan pembicaraan dengan klien.
20. al-Basirh diwujudkan pada
perilaku konselor yang menyebabkan klien ceria, berseri-seri, merasa lepas dari
beban yang ditanggungnya.
21. al-Jami’diwujudkan pada kemampuan konselor untuk menurunkan ketegangan klien
d4lam merespon lingkungan, mengembalikan peran kata hati dalam pengambilan
keputusan.
22. al-Jami' diwujudkan pada kemampuan konselor untuk melihat keutuhan pribadi klien
yang tidak terpisah-pisah.
Pengembangan fithrah manusia mengandung makna mengoptimalkan fungsi kata
hati, memfungsikan kembali nurani dalam segal gerak hidupnya, berpribadi kokoh
yang mampu mengambil keputusan berdasarkan nuraninya.
Demikianlah beberapa butir aplikasi Asmaul Husna dalam mengoptimalkan
fungsi kata hati yang sesuai dengan fitrah manusia, dalam upaya meraih Nur
llahiyah.
Iqbal (M.I. Sulaeman l98l:26) berpendapat, bahwa semua organisme hidup,
berjuang untuk mencapai tingkatan individualitas yang lebih kompleks dan
sempurna. Pada manusia gejolak kreatif ini telah menunjukkan keunggulannya
dengan gemilang dan memungkinkannya untuk mengembangkan segala dayanya yang telah
membuka kemungkinan baginya untuk mengembangkan kebebasannya yang tak terbatas.
Segala sesuatu dipenuhi luapan untuk menyatakan
diri.
Setiap.atom merupaknn tunas kebesaran !
Hidup tanpa geiolak meramalkan kematian.
Dengan menyempurnakan diri
Insan mengarahkan pandang pada Tuhan!
kekuatan individualitas mengubah biji sawi
setinggi gunung;
Kelemahannya menciutkan gunung sekecil biji sawi!
Engkaulah semata
Realitas di AIam Semesta.
Selain engkau hanyalah maya belaka !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar