Menggunakan Teori ITOP (Individu Theori of Practice) TStanley,
2004)
Teori ITOP digunakan dalam pelatihan
untuk menciptakan sekolah yang aman dan suskses. Program ITOP memperkuat
program yang sudah ada untuk mempetahankan sekolah yang aman dan kondusif dalam
mencapai keberhasilan akademik. Penemuan dari beberapa penelitian (Hazler &
Carney, 2000), menyatakan bahwa adanya kebutuhan yang mutlak untuk menciptakan
keamanan dalam sekolah, untuk para siswa dan para pegawai di sekolah. Untuk
meningkatkan keamanan sekolah, para pendidik percaya pada pelaksanaan metode pengamanan khusus, meliputi detector
logam, satpam, menutup jaringan televise, mengunci pintu dan jendela (kecuali
pada satu atau dua gerbang), dan memeriksa loker (Nims, 2000). Meskipun metode
ini cukup efektif, tetapi metode pengamanan tradisional juga memberikan dampak
negative pada sekolah. Seperti keterbatasan dana sekolah, berkurangnya waktu
dalam kelas, dan berkurangnya moral pada guru dan murid. (Glasser, 2000).
ITOP (Invitational Theory of Practice) adalah teori untuk praktek komunikasi, menjaga pesan-pesan
yang dikendekai secara ajeg untuk mengetahui, mengindentifikasi, dan merubah
potensi-potensi destrutif. (Stenley, 2004). Ada empat elemen penting ITOP, yaitu : (1)
Respek, adalah upaya konselor untuk menghargai siswa, menginvestasi rasa aman
bahwa semua orang harus saling menghargai, apabila hal ini bisa tercipta di
sekolah, maka kekerasan akan berkurang dan kebersamaan siswa bertambah. (2)
Kepercayaan. Rasa percaya siswa pada guru akan diperoleh apabila guru bisa
bekerja sama dengan siswa untuk menghargai perasaan baik dan sukses di sekolah.
(3) Optimis. Potensi untuk menghargai perasaan baik dan sukses dalam hidup ini
merupakan modal masa depan, bisa membantu kita dalam menyelesaikan tugas-tugas
kehidupan, membuat kita lebih baik di sekolah dan sukses dalam kehidupan. (4)
Tujuan. Tujuan merupakan faktor paling penting dalam terapi keberhasilan dan
hidup yang sehat ini.
ITOP menggunakan pendekatan holistic
yang melibatkan semua orang dan semua hal dalam lingkungan sekolah. Faktor-faktor
penting yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan ITOP adalah lima Ps (People,
place, policies, programs, dan processes).
§ People
Dalam usaha untuk menjaga keamanan dan kesuksesan semua
orang di sekolah, orang merupakan faktor yang paling utama. Menurut Barth
(1990), faktor utama dalam keberhasilan siswa adalah kualitas hubungan antara
para anggota sekolah. Ketika semua orang berpartisipasi dalam mengembangkan
keamanan sekolah dan kesuksesan akademik, maka mereka semua akan memiliki
perasaan kebersamaan. Tujuan sekolah yang paling penting adalah dimana semua
orang dalam sekolah tersebut merasa diakui.
§ Places
Tempat awal untuk membuat sekolah lebih menarik adalah
lingkungan sekolah. Banyak siswa yang mengeluhkan ruangan istirahat, cat tembok
yang terkelupas, kantor yang berantakan, furniture patah, atau jendela yang
kotor. Focus ITOP adalah tempat menjadi hal utama untuk lingkungan fisik.
§ Policies
Policies (kebijakan) mengacu pada prosedur, kode-kode,
aturan dan pengaturan, baik tertulis maupun tidak, yang berpengaruh besar di
sekolah. Sumbangan kebijakan komunikasi sangat kuat pada setiap pendangan,
kemampuan, dan pemahaman diri (misalnya kepala sekolah yang bicara pengaruhnya
sangat kuat), sehingga kebijakan dapat dijadikan promosi untuk disiplin,
jadwal, aspek-aspek yang berkaitan pada kehidupan sekolah yang bisa dievaluasi,
dihargai, dan tidak kaku.
§ Programs
Program ITOP berpotensi untuk bisa
memfungsikan masyarakat sekolah pada level yang tinggi dan sangat memperhatikan
demokrasi. Contohnya, murid-murid diajarkan untuk mengelola perasaan marah
dalam kegiatan kelompok (misalnya, bagaimana menghadapi perilaku penggertak,
bagaimana menghadapi kesulitan). Program-program ini dilakukan secara tutorial
dan bekerja sama dengan aktivitas sekolah. Konselor bisa bekerja sama secar
individual dan kelompok kecil dengan siswa yang peduli dengan kesuksesan
sekolah, dan mengelola marah.
§ Processes
Proses merupakan cara yang ditempuh untuk memfungsikan
keempat hal di atas (People, place, policies,
programs). Proses dilakukan secara berkualitas, semangat kooperatif,
demokratis, etik, memperhatikan etika dan norma. Memperluas jaringan kerja
antara staaf sekolah, guru, murid, dan orang tua.
Langkah pendekatan yang bisa
dilakukan dengan cara 1) identifikasi dan mengukur permasalahan. 2) Membentuk
partnership, 3) Membuat tujuan pengukuran dan objek, 4) Pengembangan program
dan strategi untuk mencapai tujuan, 5) implemestasi rencana, 6) mengevaluasi
rencana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar