Rabu, 31 Juli 2013

INTEGRASI LESSON STUDY DAN CASE STUDY


TABEL.  Integrasi Lesson Study dan Case Study dalam Model Berlajar

LESSON STUDY

PTK MODEL BELAJAR  BERMUTU

CASE STUDY
SIKLUS PERTAMA

SIKLUS PERTAMA

Pembentukan Kelompok Lesson Study (Berbasis MGMP/KKG)

Observasi Awal:
Kurikulum, Penguasaan materi ajar, strategi pembelajaran
Menuangkan hasil observasi dalam tulisan narasi tentang
kondisi pembelajaran (siswa, guru, kurikulum, materi, strategi, dll)
1. PLAN:
Perencanaan pembelajaran (skenario) berdasarkan kondisi kelas dan fokus kompetensi yang ingin capai secara kolaboratif.
-   Skenario (RPP)
-   Perangkat (LKS, media, sumber belajar, instrumen)

1. Identifikasi dan Perumusan Masalah
-     Kurikulum, Penguasaan Materi Ajar, Strategi pembelajaran.
2. Penyusunan Rencana Tindakan:
-     menyusun skenario pembelajaran (RPP)
-     menyiapkan perangkat pembelajaran (LKS, media, sumber belajar, instrumen)
-     Menuliskan proposal singkat



2. DO:
-   Pelaksanaan pembelajaran oleh “guru model” dengan skenario yang telah dikembangkan bersama
-   Observasi pembelajaran oleh anggota kelompok (tim LS) yang difokuskan pada aktivitas belajar siswa, dan merekam fakta/fenomena belajar yang menarik (kapan siswa konsentrasi, kapan tidak konsentrasi, interaksi siswa-siswa-guru-media)

3. Melaksanakan Tindakan (KBM di kelas)
Dilaksanakan oleh guru kelas dengan skenario atau rencana tindakan yang telah dirancang dan dipersiapkan




4. Observasi dan Pengambilan Data
-     Keterlaksanaan rencana tindakan (lembar observasi)
-     Aktivitas belajar siswa (lembar observasi)
-     Penguasaan hasil pelajar (kognitif, psikomotorik, dan afektif?) à Nilai hasil tes, observasi dengan rubrik
-     Catatan anekdotal (hasil pengamatan yang tidak termuat dalam lembar observasi)





Menuangkan hasil pengamatan atau poin-poin temuan dalam catatan anekdotal
3.SEE:
Refleksi melalui kegiatan diskusi (forma)
-   refleksi diri guru model
-   komentar semua pengamat (fokus pada aktivitas belajar siswa, sedikit tentang langkah guru)
-   komentar pengamat ahli (pakar) jika ada (Dosen, Pengawas, KS, yg lain)
-   Revisi skenario berdasarkan masukan dari refleksi (jika diperlukan)
5. Analisis dan Interpretasi Data
-     Kompilasi dan pengelolaan data
-     Analisis data kuantitatif (secara deskriptif atau statistik)
-     Analisis data kualitatif secara deskriptif
-     Menginterpretasi data (membaca/mencermati, menghubung-hubungkan, menarik simpulan)

Menyusun kembali data-data hasil pengamatan dan hasil interpretasi ke dalam narasi yang lebih sistematis

6. Refleksi dan Tindak Lanjut
-     Dilakukan dengan diskusi antara anggota kelompok MGMP/tim peneliti
-     Uraian refleksi dituliskan dalam narasi ilmiah
-     Dipikirkan kemungkinan alternatif/rencana tindak lanjut

Menuliskan uraian refleksi dan rencana tindak lanjut dalam narasi ilmiah

SIKLUS LS BERIKUTNYA
(tergantung waktu atau tercapainya tujuan pemecahan masalah)

Melanjutkan ke siklus berikutnya (jumlah siklus sesuai yang diperlukan atau sesuai dengan waktu yang tersedia)



7. Penyusunan Laporan PTK
Menyusun hasil PTK ke dalam bagian-bagian

Kemampuan menulis dari hasil melaksanakan Case Study diperlukan untuk menuliskan hasil-hasil PTK dalam narási ilmiah
















mabhuko@yahoo.co.id

Senin, 29 Juli 2013

CONTOH ALTERNATIF LAPORAN KONSELING

LAPORAN KONSELING

I. IDENTITAS
1.1. Jenis Konseling                                       : Individu /Kelompok
1.2. Nama Siswa / Klien                                 : IX.A32 / IX.A.27.

1.3. Pertemuan ke                                           :  1 ( satu)
1.4. Hari / Tanggal                                         : Senin, 4 Maret 2013
1.5. Masalah                                                   : Perpecahan pada “ Club Dance  SMP 2 Jenggawah

II. Data / Informasi Klien

Sumber Data/ Informasi

Isi Data / Informasi

1. Hasil Wawancara dengan W( anak yang dianggap sebagai ketua Club Dance )







2. Hasil Wawancara dengan SH (Anak yang dianggap dapat menyuarakan endapat dalaClub Dance )



- Sejak SH kelas IX.A masuk menjadi anggota, awalnya sih berjalan baik sebagaimana mestinya, tetapi lama kelamaan suasana berubah.
- Saya dianggap oleh SH merebut pacarnya L kelas IX.B (anggota Club), menyebar luaskan kalau SH pernah aborsi dan gonta-ganti pacar padahal semuanya ini tidak benar.
- Dan yang paling menyedihkan sekarang teman-teman pecah, ada yang berteman dengan saya dan ada yang dengan SH, saya ingin kembali seperti semula.

- Apa yang disampaikan W  itu tidak benar, sebenarnya W itu anak yang bersifat egois/ kardiman, sehingga anak-anak marah karena W tidak mau diberimasukan kalau latihan bersama.
- Kalau W  mau mengbah sikapnya, anak-anak mungkin menerima dan klub bisa kompak seperti yang lalu.
- Saya juga inginkembali seperti yang dulu, rukun dan kompak.

III. LANGKAH SINTESIS ( RANGKUMAN DATA ).

1. Gejala yang tampak /  menyimpang yang terjadi / keluhan siswa :
W  dan SH  beserta kawan-kawan bersedih, karena Club Dance pecah / tidak bisa kompak seperti dulu.

2.Hal-hal yang berhubungan dengasn diri siswa :
W  ( Anak yang dianggap sebagai ketua club ) dan SH ( Anak yang dapat menyuarakan pendapat anggota) sama-sama punya keinginan agar Club Dance SMP 2 Jenggawah kompak dan rukun seperti semula.

3.Hal-hal yang berhubungan dengan teman :
Muncul perkotakan teman / gang teman, sebagian anggota club dance berteman dengan W, sebagian lagi berteman denga SH.

4.Hal-hal yang berhubungan dengan guru / sekolah :
-Sekolah tetap mendukung Club Dance ini senyampang bertujuan untuk mengembangkan kreatifitas anggota/siswa yang tergabing dalam club tersebut.

5. Hal-hal yang berhubungan dengan orang tua :
Orang tua juga mendukung tehadap kegiatan ini.

IV. LANGKAH DIAGNOSIS
Perpecahan didalam Club Dance SMP 2 Jenggawah  terjadi karena W (Anak yang dianggap ketua) sifatnya egois / kardiman dan kesalah pahaman informasi.

V. LANGKAH PROGNOSIS
1. Mempertemukan keduanya dalam rangka untuk menyelesaikan kesalah pahaman informasi.

2. Memberikan bimbingan khusus pada W dalam rangka perubahan sikap egoisnya.

3. Pertemuan cukup 1 kali.

VI. LANGKAH-LANGKAH KONSELING :
I. Inti / Materi konseling :
a. Tujuan dan manfaat suatu perkumpulan.
b. Dampak positif  dan negaatif dari Club Dance.
c. Hal-hal yang sebaiknya dilakukan oleh W dan SH dalam Club Dance.

2. Hal-hal yang perlu dikomunikasikan pada Guru, Orang tua, teman siswa : -

VII. KESIMPULAN / HASIL KONSELING
- W (anak yang dianggap ketua club dance) telah menyadari atas sikapnya dan berjanji berasaha untuk menerima masukan dari teman-temannya. Dan menyadari bahwa tuduhan tentang dirinya yang menyebarluaskan berita tidak benar itu adalaha bohong.
- SH (anak yang dianggap dapat menyuarakan pendapat anggoata) mau menerima dan akan menyampaikan pada teman-temannya .
- Keduanya saling bermaafan dansepakat serta  berjanji untuk rukun dan kompak demi kemajuan Club Dance SMP 2 Jenggawah ( Dengan berjabat  tangan ).

VII.TINDAK LANJUT
Terus dipantau perkembangannya dan  dilaksanakan konseling tambahan jika masih dirasa belum tuntas
                                                                                                 Jenggawah, 04 Maret 2013
                        Mengetahui,
                     Kepala Sekolah                                                                  Konselor





                  M O E A D E, S.Pd                                                  Dr. Suko Budiono,M.Pd.,Kons

LAPORAN KONSELING

I. IDENTITAS
1.1. Jenis Konseling                                       : Individu /Kelompok
1.2. Nama Siswa / Klien                                 :
1.3. Pertemuan ke                                           : 
1.4. Hari / Tanggal                                         :
1.5. Masalah                                                   :
II. Data / Informasi Konseli

Sumber Data/ Informasi

Isi Data / Informasi





















III. LANGKAH SINTESIS ( RANGKUMAN DATA ).

1. Gejala yang tampak /  menyimpang yang terjadi / keluhan siswa :



2.Hal-hal yang berhubungan dengasn diri siswa :




3.Hal-hal yang berhubungan dengan teman :

4.Hal-hal yang berhubungan dengan guru / sekolah :




5. Hal-hal yang berhubungan dengan orang tua :


IV. LANGKAH DIAGNOSIS



V. LANGKAH PROGNOSIS
1.

2.

3.

VI. LANGKAH-LANGKAH KONSELING :
I. Inti / Materi konseling :
a.

b.

c.

2. Hal-hal yang perlu dikomunikasikan pada Guru, Orang tua, teman siswa :


VII. KESIMPULAN / HASIL KONSELING


VII.TINDAK LANJUT





                                                                                                  Jember,                          20...
                        Mengetahui,
                     Kepala Sekolah                                                                  Konselor Sekolah





                 
  __________________________________                            ______________________________




Minggu, 28 Juli 2013

EPITUM PROFESIONALISME KONSELING

EPITUM PROFESIONALISME KONSELING

Dr. SUKO BUDIONO,M.Pd.,Kons

- Profesi merupakan suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian atau keterampilan dari pelakunya.

Contoh : Profesi Guru,  Profesi konselor, Profesi dokter

- Profesional adalah orang yang menyandang suatu jabatan atau pekerjaan yang dilakukan dengan keahlian atau keterampilan yang tinggi. Hal ini juga pengaruh terhadap penampilan atau performance seseorang dalam melakukan pekerjaan di profesinya.

Contoh : Guru, Konselor, Dokter  disiplin bisa disebut juga guru , konselor, dokter yang professional dengan pekerjaanya

- Profesionalisme merupakan komitmen para anggota suatu profesi untuk meningkatkan kemampuannya secara terus menerus.

- Profesionalitas merupakan sikap para anggota profesi benar – benar menguasai, sungguh- sungguh kepada profesinya.

- Profesionalisasi adalah proses atau perjalanan waktu yang membuat seseorang atau kelompok orang menjadi profesional.

Profesionalisasi Konseling  sangat penting bagi pengembangan segenap potensi individu dan sekolah dimasa mendatang. Mengacu pada 5 pedoman yang dikemukakan Belkin ( 1975 ) yang perlu diikuti konselor sekolah apabila hendak diakui keprofesionalannya, pedoman tersebut diantaranya adalah :

1. Konselor harus memulai karirnya sejak hari – hari perama menampilkan diri konselor sekolah dengan program kerja yang jelas dan siap untuk melaksanakan program tersebut.

2. Konselor sekolah haru selalu mempertahankan sikap professional tanpa mengganggu keharmonisan hubungan antar konselor dengan personil sekolah lainnya dan dengan siswa.

3. Adalah tanggung jawab konselor untuk memahami peranannya sebagai konselor professional dan menterjemahkan peranannya itu kedalam kegiatannya.

4. Konselor sekolah, agar dapat bekerja efektif, harus memahami tanggung jawabnya kepada semua siswa, baik siswa yang gagal, yang menimbulkan gangguan, yang berkemungkinan putus sekolah, yang mengalami permasalahan emosional, yang mengalami kesulitan belajar, maupun siswa – siswi yang mempunyai bakat istimewa (gifted), yang berpotensi rata – rata yang pemalu dan yang menarik diri dari hadapan khalayak ramai, serta yang bersikap menarik perhatian atau mengambil muka pada konselor atau personil lainnya.

5. Konselor harus memahami dan mengembangkan kompetensi untuk membantu siswa yang mengalami masalah dengan kadar cukup parah dan siswa yang mengalami emosional khusus, khususnya melalui program – program kelompok, program kegiatan diluar sekolah dan kegiatan pendidikan atau pengajaran disekolah dan bentuk layanan lainya.

Dengan mengacu pada pedoman tersbut maka profil konselor sekolah akan tampil dalam bentuk yang menarik dan menimbulkan harapan bagi pihak dan berbagai pihak. Penampilan ini tentunya sesuai dengan peranan dan program umum bimbingan konseling disekolah yang mengacu pada keseluruhan aspek perkembangan peserta didik. Atas dasar itulah profesionalisasi Bimbingan dan Konseling penting untuk dilakukan bagi setiap Guru Bimbingan atau Konselor Sekolah, sehingga akan dapat melakukan unjuk kerja dalam bidang bimbingan dan konseling secara baik.

3. Unjuk kerja professional konselor atau guru pembimbing pada dasarnya merupakan perwujudan professional yang secara sadar dan terarah untuk melaksanakan layanan Bimbingan dan Konseling. Unjuk kerja professional mencakup dimensi filosofis, konseptual,operasional da personal.

Secara filosofis layanan bimbingan dan konseling mempunyai landasan filsafat yang jelas yaitu pancasila sebagai landasan berpikir dan landasan kerja.

Secara Konseptual, layanan bimbingan dan konseling berlandaskan konsep – konsep keilmuan yang jelas,

Secara operasional, layanan bimbingan dan konseling dialksanakan atas dasar pola - pola kerja operasional yang dipertanggungjawabkan.

Sedangkan untuk kompetensinya, pekerjaan professional menuntut dimilikinya kompetensi minimum melalui prosedur seleksi. Pendidikan dan latihan, serta lisensi ataupun sertifikat. Dari sisi keilmuan, perlu diperhatikan betapa besarnya urgensi dasar keilmuan terhadap kompetensi bimbingan dan konseling. Hal ini perlu ditekankan bahwa praktek bimbingan dan konseling harus berakar secara kokoh pada ilmu.

4. Pelayanan BK nampaknya masih terbatas pada layanan khusus yang menonjol, pelayanan terhadap masalah itupun seringkali tidak disertai penyikapan sosial altruistik melainkan negatif antagonistic. Penyikapan social altruistic memandang bahwa adanya masalah – masalha itu adalah wajar dan manusiawi dan penangangannya harus dilakukan secara lembut, teliti dan hati – hati, serta penuh pertimbangan dan kesabaran, sedangkan penyikapan negative antagonistic cenderung memandang masalah sebagai suatu yang tidak boleh ada, harus diberantas dengan segera serta jika perlu dengan kekerasan.

Para konselor perlu meluaskan medan pelayanan profesionalisasi keseluruh warga masyarakat dengan berbagai masalah dalam perkembangannya, yaitu warga masyarakat yang menjadi tanggung jawab konselor disekolah, di lembaga kerja dan sebagainya. Disamping itu penyikapan social atruistik perlu menjiwai segenap pelayanan bimbingan dan konseling yang diberikan.

5. Keunikan profesi dan pelayanan yang ditampilkan oleh konselor, untuk keunikan pelayanan pertama – tama konselor harus mampu mengidentifikasi kebutuhan individu (klien) yang pemenuhannya perlu dilakukan melalui pelayanan bimbingan dan konseling, kedua dalam meangangani masalah klien, konselor menggunakan pendekatan dan cara – cara yang berbeda dari ahli lain seandainya ahli lain itu menangani juga masalah yang sama. Peranan konselor dapat menjadi sulit apabila berhadapan dengan penguasa, tetapi disanalah salah satu letak keunikan pelayanan konselor, yaitu dapat menjembatani anak – anak yang bermasalah itu dengan penguasaan mereka , disamping menanggulangi permasalahan intern diri pada masing – masing anak tersebut.